Jakarta, CNN Indonesia --
Persija Jakarta kembali ke rumah sendiri setelah bermusim-musim menjadi tim musafir di Liga 1. Magis bermain di Jakarta Internasional Stadium (JIS) sangat terasa bagi Persija.
Persija adalah Jakarta, dan Jakarta adalah Persija. Keduanya tidak bisa terpisahkan. Sebagai kota metropolitan yang memiliki klub sepak bola profesional dengan pendukung sangat fanatik, Jakarta justru jarang 'merayakan' pertandingan Persija di rumah sendiri.
Mulai dari Stadion Petojo, Stadion IKADA, Stadion Menteng, hingga ke Stadion Lebak Bulus, Persija selalu menjalani pertandingan kandang di Jakarta. Semuanya berubah ketika Stadion Lebak Bulus dirobohkan pada 2008. Persija pun kehilangan markas yang sudah digunakan sejak 1997.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah itu Persija banyak bermain di Stadion Utama GBK. Namun, karena berstatus sebagai stadion nasional, GBK sering digunakan untuk agenda lain, bukan hanya kegiatan olahraga. Kondisi itu membuat Persija tersingkir dari Jakarta.
Berbagai stadion menjadi 'markas' Persija. Stadion Manahan, Stadion Maguwoharjo, hingga yang paling sering Stadion Patriot Bekasi, menjadi markas Persija saat menjadi tim musafir.
Namun, semuanya berubah setelah Pramono Anung dan Rano Karno terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi Jakarta, lewat Jakpro, melakukan tanda tangan memorandum of understanding (MoU) dengan Persija terkait penggunaan JIS sebagai homebase Tim Macan Kemayoran.
"Mudah-mudahan untuk persiapan Persija di musim depan. Kami tahu problemnya Persija sekarang adalah saat main di home [kandang]. Ketika tanggal 25 Februari MoU ditandatangani antara pengelola JIS dengan Persija, mudah-mudahan bisa betul-betul digunakan untuk Persija di kemudian hari," kata Pramono saat menerima tim dan ofisial Persija pada April lalu.
Lebih lanjut, Pramono menyebut Pemprov DKI Jakarta memberikan keringanan pajak tontonan pertandingan sebesar 60 persen kepada klub sepak bola Persija. Selain itu Pramono juga menyinggung terkait rencana pemberian bantuan pembiayaan dan dukungan sponsorship untuk Persija.
"Untuk pajak tontonan, kami beri keringanan sampai dengan 60 persen buat Persija. Mudah-mudahan dengan semangat ini, dan nanti juga akan sponsorshipnya kami bantu, Persija akan menjadi lebih baik, kualitasnya menjadi lebih baik," ujar Pramono.
Komitmen itu berbuah Persija kembali bermain di JIS setelah berbulan-bulan terpaksa bermain di luar Jakarta. Momen itu terjadi saat Persija mengalahkan Bali United 3-0 pada 10 Mei lalu.
Bermain di JIS memang terasa magis bagi Persija. Hasil melawan Bali United merupakan kemenangan kelima beruntun yang diraih Tim Macan Kemayoran jika beraksi di stadion berkapasitas 82 ribu penonton itu.
"JIS bagi saya memiliki atmosfer yang sangat luar biasa dan enak sekali. Saat tendangan sudut, suara suporter bisa mengganggu konsentrasi lawan. Kami merasa terlalu dekat dengan suporter. Saya pikir semua pemain seperti mendapat energi yang besar untuk melakukan laga 90 menit," kata caretaker Persija, Ricky Nelson, usai melawan Bali United.
Sebelum menang atas Bali United, Persija melibas Barito Putera 3-0, menang 2-1 atas Persis Solo, 3-1 atas PSS Sleman dan menang 2-0 atas Persita Tangerang.
Persija juga menjalani laga kandang terakhir musim ini di JIS saat menjamu Malut United pada Sabtu (23/5). Meski Persija gagal menang, namun tim kesayangan warga Jakarta itu mempertahankan rekor tidak pernah kalah setelah bermain imbang tanpa gol.
Ricky berharap musim depan Persija akan benar-benar menjalani laga kandang Liga 1 di Stadion JIS. Hal itu bisa memperbesar peluang Persija menjadi juara Liga 1.
"Kalau di stadion lain, laga kandang main di luar Jakarta, semua pemain sudah merasa jaraknya jauh dan itu sangat berpengaruh besar sekali. Saya sudah pesan kepada manajemen, kalau tahun depan Persija mau berprestasi lebih besar, Di sini [JIS] jadikan kandang Persija Jakarta. Tidak lagi terusir dari kota Jakarta," ucap Ricky.
(har)