Parah! Builder.ai Ternyata Digerakkan 700 Manusia Asli dan Gelembungkan Laporan Keuangan!

5 hours ago 1

Jakarta, Gizmologi – Perusahaan teknologi AI unicorn berbasis di Inggris, Builder.ai, menghadapi kehancuran dan dinyatakan pailit setelah terungkap fakta di balik layar perusahaan. Mulai dari laporan keuangan yang dipalsukan sampai pemanfaatan manusia asli untuk membangun aplikasi berdasarkan prompt dari klien. Ditambah tuntutan dari mantan karyawan yang dipecat karena mengungkap kecurangan di dalamnya.

Didirikan oleh Sachin Dev Duggal pada 2016, Builder.ai dianggap sebagai sebuah revolusi inovasi dalam industri AI. Duggal menghadirkan narasi bahwa perusahaannya mampu mengerjakan aplikasi hanya bermodalkan perintah sederhana dari klein. Kemudian sebuah sistem cerdas bernama Natasha akan berperan seolah sebagai asisten dari sebuah proyek dan membantu membuatkan aplikasi klien dengan waktu yang efisien.

Kenyataan yang terjadi justru sangat mengejutkan. Natasha bukanlah sistem cerdas melainkan hanya semacam UI chatbot sederhana yang memberikan template kerja ke dalam sistem internal. Lebih mengejutkan lagi, proses coding aplikasi justru dilakukan oleh 700 insinyur yang merupakan manusia asli. Mereka bekerja langsung dari kantor perusahaan di India.

Baca juga: Notta Memo Bangun Ekosistem Perekam Suara Berbasis AI, Lebih Aman dan Efisien

Builder.ai Lakukan Kebohongan dalam Laporan Keuangan

BuilderSachin Dev Duggal pendiri Builder.ai ‘berhasil’ membohongi banyak orang dengan sistem AI-nya.

Menurut investigasi dari Times of India dan People Matters, perusahaan juga telah melakukan kebohongan dalam laporan keuangannya. Mengacu pada laporan internal, Duggal dan timnya telah menggelembungkan pendapatan pada tahun 2024 lalu. Dari pendapatan asli sebesar US$55 juta menjadi US$220 juta.

Laporan tersebut dapat dilakukan karena perusahaan melakukan upaya “round-tipping” dan transaksi fiktif. Round tipping dilakukan bersama mitra Verse Innovation, yakni melalui relasi bisnis fiktif bernilai puluhan juta dolar. Sistem ini membuat sebuah transaksi bolak-balik tanpa layanan nyata dengan tujuan menciptakan pendapatan palsu yang terdata.

Pada akhirnya laporan pendapatan internal tersebut memuat perusahaan kesulitan dalam memenuhi hak para investor maupun kreditur. Dari data yang dihimpun ada sekitar 200 kreditur yang akhirnya turut menanggug dampak gagalnya pemenuhan tanggung jawab Builder.ai.

Builder.ai Miliki Hutang Besar ke Microsoft dan Amazon

Salah satu alasan Builder.ai mendapatkan reputasi unicorn karena pernah berhasil menghimpun inovasi besar dari perusahaan raksasa, salah satunya Microsoft. Meski nilai investasinya tidak benar-benar dibuka, tapi spekulasi menyebutkan nilainya beriksar US$10juta – US$30 juta. Keduanya menjalin kemitraan strategis pada tahun 2022 yang membuat Microsoft kemudian mengintegrasikan Builder.ai ke sistem Azure+.

Inovasi yang terlihat matang dan menggiurkan membuat Microsoft yakin menjalin kemitraan dengan mereka. “Kami melihat Builder.ai menciptakan sebuah kategori baru yang mendorong banyak orang untuk menjadi developer,” ujar Jon Tiner, Microsoft Corporate Vice President, kala memutuskan untuk bekerja sama.

Beberapa mitra investor lain yang juga terlibat dalam bisnis perusahaan antara lain Qatar Investmen Authority, EDBI dan Jungle Ventures dari Singapura, serta Insight Partners yang memimpin putaran Series C senilai US$250 juta pada Mei 2023. Keseluruhan investasi yang didapat diperkirakan mencapai angka US$450 juta. Sampai kemudian Builder.ai mencapai level unicorn karena valuasinya dianggap sudah lebih dari US$1,5 miliar.

Buruknya neraca keuangan perusahaan juga telah membuat mereka tidak mampu membayar tagihan dari pemanfaatan cloud perusahaan mitra seperti Microsoft dan juga Amazon. Hutang layanan di Amazon diduga telah mencapai US$85juta.

Kini perusahaan tengah menjalani proses hukum, termasuk adanya pemanggilan resmi (subpoena) dari Kejaksaan District Southern di New York. Sementara status perusahaan juga telah dinyatakan pailit di Inggris, Amerika Serikat, dan India. Mengakibatkan pemutusan hubungan kerja kepada sekitar 1.000 pegawai global.

Sementara Duggal yang saat ini dilaporkan sedang berada di Uni Emirat Arab akan kembali pada bisnis dalam posisi insolvensi. Insolvensi adalah keadaan di mana seorang debitor (orang atau perusahaan) tidak mampu membayar utang-utangnya kepada kreditur.


Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi