CNN Indonesia
Selasa, 27 Mei 2025 12:05 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Jumlah warga Amerika Serikat yang pindah kewarganegaraan ke salah satu negara di Eropa tercatat meningkat tajam sejak Donald Trump menjabat lagi sebagai presiden pada Januari lalu.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri Inggris, jumlah warga AS yang pindah kewarganegaraan ke Inggris mencetak rekor tertinggi antara Januari hingga Maret 2025.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 1.931 warga Amerika mengajukan permohonan kewarganegaraan Inggris selama periode tersebut. Jumlah itu meningkat 12 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2004.
Jumlah pengajuan pindah kewarganegaraan ini bahkan sudah melonjak sejak periode Oktober-Desember 2024, yang bertepatan dengan kemenangan Trump di pilpres AS.
Permohonan warga AS yang ingin menetap secara permanen di Inggris juga mencetak rekor tertinggi tahun lalu, berdasarkan periode terbaru yang tersedia dalam data resmi.
Status menetap memberikan hak untuk tinggal, bekerja, dan belajar di Inggris tanpa batas waktu, serta dapat digunakan untuk mengajukan kewarganegaraan. Lebih dari 5.500 warga Amerika diberi status menetap di Inggris pada 2024, meningkat 20% dibandingkan 2023.
Dikutip CNN, lonjakan permohonan kewarganegaraan Inggris oleh warga AS sebelumnya juga pernah terjadi pada 2020, saat masa jabatan pertama Trump dan di puncak pandemi Covid-19.
Data lain juga menunjukkan bahwa dalam enam bulan pertama pada 2020, lebih dari 5.800 warga Amerika mencabut kewarganegaraan mereka. Jumlah ini hampir tiga kali lipat dari total sepanjang 2019.
Statistik ini dikumpulkan oleh Bambridge Accountants, firma akuntansi dengan spesialisasi perpajakan lintas negara yang berbasis di New York dan London.
Banyak dari mereka yang mencabut kewarganegaraan AS menyatakan ketidakpuasan terhadap iklim politik di AS saat itu. Mereka yang melepaskan status warga AS juga banyak yang kecewa dengan cara pemerintah menangani pandemi.
"Sebagian besar adalah orang-orang yang sudah lama meninggalkan AS dan akhirnya merasa cukup dengan segalanya," ujar Alistair Bambridge, mitra di Bambridge Accountants, kepada CNN pada Agustus 2020.
Namun menurut Bambridge, alasan lainnya yang tak kalah penting adalah masalah perpajakan. Meski banyak warga Amerika yang ingin membangun kehidupan baru di Inggris atau negara-negara Eropa lainnya, hal ini kini semakin sulit dilakukan.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, pekan lalu menyatakan bahwa pemerintah akan memperketat syarat bagi migran legal dan memperpanjang masa tunggu bagi pendatang baru sebelum dapat mengajukan kewarganegaraan.
Sementara itu, awal pekan ini Italia memberlakukan undang-undang baru yang menghapus jalur kewarganegaraan melalui garis keturunan buyut. Negara itu sebelumnya juga telah memperketat aturan visa bagi warga non-Uni Eropa.
(rds/bac)